Memangnya ada apa dengan profesi
keperawatan?? Bagi sebagian orang profesi ini hanyalah profesi yang tidak jelas
garapan pekerjaannya. Bagi mereka mungkin keperawatan hanyalah sebuah profesi
yang menjijikan karena harus mengurus segala keperluan pasien mulai dari makan,
mandi, eliminasi bahkan muncul ungkapan “Dorsa-Dorsi” alias dorong sana dorong
sini.
Banyak sekali ungkapan perawat
itu “Pembantu” dokter, bahkan image perawat dimata masyarakat adalah Sexy, tak
bermoral, wanita perayu, tidak pintar, judes, dsb. Ini dikarenakan peran media
massa yang tidak bertanggung jawab, akibatnya citra perawat yang di
pertaruhkan. Terbukti dengan beberapa judul film horor yang membawa-bawa nama
perawat, seperti Suster Ngesot dan Suster Nengok. Miris bukan??
Apakah salah menjadi seorang
perawat?? Berkali-kali saya ungkapan pernyataan ini dalam benak saya, memang
ada apa dengan keperawatan??
Pertanyaan ini pertama kali
muncul ketika saya sudah menjadi mahasiswa baru di Fakultas Keperawatan UNPAD,
banyak sekali yang bertanya mengapa harus menjadi seorang perawat? Mengapa
tidak menjadi dokter sekalian? Mengapa tidak menjadi bidan saja? Mengapa harus
kuliah ke UNPAD cuma buat jadi perawat, S1 pula? Toh dengan jadi D3 pun bisa
menjadi seorang perawat bukan?
Oke, saya akan membahas satu
persatu pertanyaan yang banyak orang lontarkan kepada saya termasuk kepada
teman-teman yang sekarang sedang menempuh pendidikan keperawatan.
Mengapa Harus Perawat??
Didunia ini tidak ada profesi
yang hina kecuali profesi yang melanggar norma dan syariat agama. Dan di dunia
ini tidak ada profesi yang terbaik ataupun yang Maha Baik, karena sebuah
profesi tidak akan menjadi baik ketika penganut profesi tersebut tidak amanah
dengan tugasnya. Misal pejabat yang tidak jujur dalam memimpin rakyatnya.
Tugas perawat apa? Ya
merawat..pake nanya lagi.. -_-
Apakah merawat seorang manusia
adalah hal yang hina?? Tuhan saja meminta manusia menjadi khalifah di bumi
adalah untuk menjaga ciptaan-Nya dalam artian merawatnya, jelas merawat
bukanlah suatu pekerjaan yang hina.
Salah satu motivasi saya untuk
menjadi seorang perawat adalah karena saya tidak mau jatuh sakit. Masih ingat
bukan dengan ungkapan “Lebih baik mencegah daripada mengobati” ? Dulu ketika
saya masih sekolah SD saya dikenal oleh guru dan teman-teman sebagai anak yang
gampang sakit, capek sedikit langsung sakit, olahraga sehari sakitnya sampai 7
hari. Sampai akhirnya saya harus selalu absen dalam pelajaran olahraga tiap
minggunya dan saya harus puas tiap semesternya hanya mendapat nilai 6,00 dalam
pelajaran penjaskes.
Itulah mengapa saya harus menjadi
seorang perawat, saya ingin merawat diri sendiri terlebih dahulu dan akhirnya
merawat dalam cakupan yang lebih luas. Karena bagi saya Mencegah lebih baik
daripada mengobati.
Ingat yaa yang namanya merawat itu
tidak hanya berfokus pada orang yang sakit, tetapi orang yang sehat pun perlu
dirawat. Masih mau menganggap profesi keperawatan itu gak penting?? Kalo kata
iklan sih “Think Again :D”
Mengapa Tidak Menjadi Dokter Sekalian??
Ilmu keperawatan adalah ilmu terapan dari ilmu kedokteran, sedangkan ilmu
kebidanan adalah ilmu terapan dari ilmu
keperawatan. Lantas apakah karena keperawatan menjadi ilmu terapan dari
ilmu kedokteran harus ‘sekalian’ menjadi seorang dokter pula? Bahkan apakah
kebidanan pun harus menjadi seorang perawat bahkan ‘sekalian’ menjadi seorang
dokter?
Hey Bung anda fikir profesi
kesehatan itu seperti jenjang pendidikan? Ada tingkatannya?
Jalan hidup manusia sudah Tuhan
takdirkan dengan sebaik-baiknya walaupun terkadang kita masih bisa merubah
takdir-Nya. Bagi saya keperawatan adalah takdir saya dan logika serta hati saya
mengikuti takdir Tuhan ini.
Orang beranggapan dokter adalah
master dari segala profesi kesehatan, dan rata-rata orang yang bertanya kepada
saya ‘mengapa tidak menjadi dokter sekalian’ masih meng-orientasikan sebuah
profesi untuk mendapatkan uang. Memang, gaji dokter lebih besar dibanding
dengan banyaknya keringat perawat yang dikeluarkan untuk mengurus pasiennya.
Kalo memang tujuan seseorang
menjalani suatu profesi hanya untuk mendapatkan uang banyak, saya rasa tidak
harus menjadi seorang dokter. Jadi pebisnis saja kalo begitu! Lagipula apakah
pantas seseorang yang sedang sakit parah kita jadikan objek untuk mendapatkan
uang? Mending kalo pasien orang berada, jika dia orang tak mampu bagaimana?
Ini hanya anggapan orang-orang
sekitar saya saja yang meng-orientasikan suatu profesi untuk mendapatkan uang,
bukan memojokkan suatu profesi tertentu dalam mendapatkan uang.
Mengapa Tidak Menjadi Bidan Saja?
Sudah saya jelaskan sebelumnya,
saya ingin menjadi seorang perawat karena mempunyai motivasi ‘lebih baik
mencegah daripada mengobati’. Walaupun apabila saya menjadi seorang bidan saya
pun masih bisa merawat diri saya sendiri. Karena setiap manusia mempunyai
naluri untuk merawat dirinya sendiri.
Apakah profesi perawat sama
dengan bidan? Ketika itu saya ditanya oleh kakak kelas ketika SMA.
“De, kuliah dimana?”
“UNPAD kang J”
“Jurusan apa?”
“Keperawatan kang J”
“ooh nanti jadi bidan yaa :D”
Gubraakk....aduh kang yang
namanya sekolah di keperawatan yaa jadi perawat, sekolah di kedokteran yaa jadi
dokter, sekolah di farmasi yaa jadi ahli farmasi/apoteker, begitupun dengan kuliah
di kebidanan yaa jadi bidan. Bagaimana ceritanya sekolah di keperawatan tapi
gelarnya menjadi bidan? Walaupun iya, menjadi seorang perawat masih bisa
membantu proses persalinan.
Apakah karena image antara
perawat dan bidan itu Perempuan? Apakah perawat tidak begitu terkenal dibanding
Bidan?? Atau apakah masyarakat yang kurang update dengan profesi keperawatan?
Justru apakah perawatnya sendiri yang tidak menunjukan identitasnya sebagai
perawat?
Kenapa jadi perawat? Jadi bidan aja kan bisa buka praktik?
Oke.pertanyaan yang bagus.
Memang dibanding Dokter dan
Bidan, perawat masih tabu untuk membuka suatu praktik keperawatan terlebih
dengan RUU Keperawatan yang tak kunjung disahkan. Namun bukan berarti seorang
perawat tidak mampu membantu masyarakat disekitarnya. Perawat masih bisa
membuka praktik keperawatan kok dengan bidang garapan seperti merawat luka,
mengganti balutan/perban, merawat luka dekubitus (luka disekitar bokong karena
pasien mengalami imobilisasi/tidak dapat bergerak), pemeriksaan fisik Head to Toe, dan menjadi perawat
pribadi.
Perlu diingat yaa, yang namanya
menjadi perawat pribadi bukan berarti segala sesuatunya menjadi tanggungan
perawat. Perawat hanya mengarahkan keluarga pasien bagaimana merawat
keluarganya seperti harus memperhatikan asupan nutrisi, keteraturan waktu untuk
meminum obat dsb, tetapi untuk tindakan medis seperti memasang infus dan
oksigen dilakukan oleh perawat.
Perawat kerjanya hanya dirumah sakit dan menjadi dilema ketika
mempunyai anak, kalo jadi bidan kan enak kerjanya dirumah dan bisa ngurus anak?
Lagi-lagi pertanyaan yang bagus.
Segala sesuatu mempunyai pilihan,
dan untuk memilih salah satu dari pilihan haruslah ada sesuatu pula yang
dikorbankan. Dalam hal ini untuk menjadi wanita karier jelas masalah yang
muncul dibenak adalah masalah keluarga terutama anak, menjadi seorang perawat
tidak menghalangi seorang ibu untuk mendidik dan merawat anaknya kok. Kerja
perawat maksimal 8 jam dalam sehari, jadi masih tersedia waktu 16 jam lagi
untuk meluangkan waktu bersama keluarga terutama anak.
Kalau untuk masalah ini, biasanya
diserahkan kembali dengan time management
dari masing-masing individu. Tergantung bagaimana mengatur waktu yang tersedia
dan memprioritaskan tugas yang urgent atau
tidak.
Lagipula perawat tidak hanya
bekerja di rumah sakit kok, bisa di klinik, puskesmas, perusahaan-perusahaan
bahkan menjadi perawat pramugari alias bekerja menjadi perawat didalam maskapai
penerbangan. Keren kan??
Mengapa Harus Kuliah ke Universitas (UNPAD) toh Ke Stikes/Akper Juga Bisa Jadi Perawat?
Apa karena masuk kedalam
pendidikan keperawatan itu sangat mudah sehingga muncul pertanyaan seperti ini?
Memangnya salah apabila saya menginginkan melanjutkan pendidikan di UNPAD? Pada
dasarnya untuk menjadi seorang perawat mau dari lulusan manapun asalkan
pendidikannya keperawatan, semua bisa menjadi perawat. Toh yang dipelajari sama saja tentang ilmu keperawatan. Hanya saja
memang saya menginginkan menuntut ilmu keperawatan di Universitas, bukan di
stikes ataupun akper dan ini adalah hak saya untuk memilih institusi pendidikan
keperawatan yang saya mau.
Mengapa Harus S1 Toh dengan
D3 Pun Bisa Menjadi Perawat?
Melihat kembali realita di
masyarakat, mengapa harus lama-lama kuliah kalau akhirnya tetap saja ijazah
digunakan untuk bekerja bukan? Masih berorientasi masalah pekerjaan dan mencari
uang, untuk menjadi seorang Ners membutuhkan waktu 5 tahun dan untuk menjadi
Amd Keperawatan cukup kuliah dengan waktu 3 tahun.
Selisih 2 tahun untuk
menyelesaikan jenjang pendidikan antara S1 dan D3 Keperawatan menjadi tolak
ukur dikalangan masyarakat, bayangkan sudah berapa uang yang dihasilkan oleh
seorang Amd keperawatan dibanding dengan sarjana keperawatan dalam selisih
waktu 2 tahun itu?
Jelas, D3 sudah produktif
menghasilkan uang sementara yang menempuh pendidikan sarjana masih berjuang
lulus dengan skripsinya dan program profesi Ners-nya. Mendapatkan suatu gelar
berarti mendapatkan suatu ilmu yang diakui oleh suatu institusi pendidikan,
belajar di sarjana keperawatan berarti memepelajari ilmu keperawatan yang lebih
lengkap dibanding D3. Belajar di pascasarjana keperawatan berarti mempelajari
ilmu keperawatan yang lebih lengkap lagi dari sarjana, dst.
Ilmu itu harus di update bukan?
Tidak mungkin dunia dengan masalah yang semakin kompleks harus diselesaikan
dengan ilmu yang belum di update alias jadul bukan? Naah begitu juga dengan
keperawatan, keperawatan tidak berhenti sampai di D3. Masih banyak hal-hal yang
masih harus dipelajari, hal-hal yang harus dipelajari itu berada di jenjang
pendidikan selanjutnya.
Teruslah dalami ilmu keperawatan
dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi apalagi jika sampai
menjadi seorang master, spesialis, doktor bahkan menjadi seorang professor
keperawatan akan mengubah pandangan masyarakat mengenai dunia keperawatan.
Bahwa dunia keperawatan adalah suatu profesi yang bekerja berlandaskan ilmu, bukan
dari vokasional/pelatihan :)